Hamas, sebuah organisasi berbasis di Palestina, telah menjadi topik perdebatan internasional mengenai statusnya sebagai organisasi teroris. Negara-negara seperti Amerika Serikat, Uni Eropa, Kanada, dan Jepang telah secara resmi menetapkan Hamas sebagai organisasi teroris. Keputusan ini terutama didasarkan pada tindakan-tindakan Hamas yang mencakup serangan bom bunuh diri dan serangan roket yang menargetkan populasi sipil, tindakan yang secara luas dianggap sebagai terorisme.
Di sisi lain, negara-negara seperti Rusia, Turki, dan anggota Liga Arab tidak mengikuti langkah serupa. Mereka tidak mengklasifikasikan Hamas sebagai organisasi teroris, menunjukkan adanya perbedaan pendapat yang signifikan di panggung global. Perbedaan pandangan ini tidak hanya mencerminkan perbedaan dalam kebijakan luar negeri tetapi juga perspektif yang beragam terhadap konflik Israel-Palestina yang kompleks.
Situasi ini menyoroti bagaimana politik internasional dan perspektif regional dapat mempengaruhi cara pandang dunia terhadap sebuah organisasi atau gerakan. Penetapan status Hamas tetap menjadi subjek perdebatan dan diskusi di antara para pemimpin dunia dan organisasi internasional, menggarisbawahi kompleksitas dalam menangani isu-isu terorisme dan konflik.